twitter
    Jadikanlah Blog ini sebagai inspirasi buat anda :)

Rabu, 24 Februari 2010

Belajar Bisnis dari MBAH MO

Tradisi mentoring merupakan cara yang ampuh untuk alih pengetahuan, alih ketrampilan, Transfer budaya, dan etos kerja entrepreneur.

ANDA penggemar bakmi godhog (rebus) khas Yogya? Bila ya. pasti pernah mencicipi bakmi godhog Mbah Mo di Dusun Code, tiga kilometer arah Timur Kota Bantul Yogyakarta, atau kurang lebih 15 kilometer arah Selatan Kota Yogya.

Mbah Mo, nama panggilata Mbah Atmo, juga berfungsi sebagai "merek dagang" dari jasa, produk, sekaligus warungnya. Ia membuka dagangannya mulai pukul 5 sore hingga pukul 10 malam. Ingin tahu siapa pelanggannya? Sebagai gambaran, 90% pelanggannya datang dari Yogyakarta, Magelang, Klaten, bahkan Jakarta. Kebanyakan pelanggannya menggunakan kendaraan roda empat.

Membebaskan 'rasa kangennya" terbadap bakmi buatan Mbah Mo, yang menurut saya memiliki ciri khas yang tiada duanya. Namun, Mbah Mo yang spesial bagaikan koki hotel berbintang itu, merupakan jasa sekaligus produk yang memiliki kelebilhan dibanding produk sejenis ( deferent advantage). Hal itu masih ditambah lagi dengan kemasan suasana (atmosphere) pedesaan yang 'ngangeni'

Menurut Mbah Mo. promosi pun tak pernah ia lakukan. Saya kira, proses yang terjadi adalah pemasaran tradisional dari mulut ke mulut (word by mouth), tentunya "kesadaran" Mbah Mo, bahwa produk yang berkualitas adalah kekuatan pemasaraannya. Dan, Mbah Mo mengais omset dengan menghabiskan 10 kilogram mie, dan 10 ekor ayam.

Bisnis Mbah Mo dirintis sejak 1986. Memang, bertahun-tahun sebelumnnya, Mbah Mo pernah berjualan pecel dengan konsumen tetangga dan warga sekitar. Unik terjun ke bisnis barunya ini, Mbah Mo harus melakukan magang atau mentoring, guna menimba pengalaman membuat bakmi. Orang yang dijadikan mentor untuk membuat bakmi yang lezat adalah kakak iparnya sendiri, yang juga berjualan bakmi dan tinggal di Yogyakarta.

Pengalaman Mbah Mo yang mendapat mentoring dan kakak iparnya ini, mengingatkan pada apa yang dikatakan Steven R. Covey, bunyinya: "Kalau Anda memberikan ikan pada seseorang, berarti Anda memberi makan sehari. Kalau Anda memberi pancing pada sesesorang, berarti Anda memberi makan seumur hidup,"

Pandangan Covey ini oleh rekannya, Raymond WY. Kao, dikembangkanmenjadi: "Seandainya Anda memberi pancing, kemudian mendidik cara memancing, dan sekaligus menanamkan tanggungjawan moral, maka Anda berarti ikut membangun suatu negara."

Saya melihat, ternyata tradisi mentoring merupakan cara ampuh untuk alih pengetahuan, alih ketrampilan sekaligus transfer budaya, dan etos kerja entrepreneur. Seperti Mbak Mo, tradisi mentoring sebenarnya dapat dikembangkan dalam masyarakat, bila kita ingin melahirkan lebih banyak lagi wiraushawan baru dalam masyarakat.

Disadur dari CD Buku “Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian”

1 komentar:

  1. betul banget, sosialisasi dan komunikasi juga berperan penting dalam sebuah bisnis...
    salam kenal y...

    BalasHapus

Related Posts with Thumbnails